Industri seluler di Tanah Air cenderung stagnan selama beberapa tahun terakhir ini. Operator telekomunikasi terbilang minim mengeluarkan inovasi untuk mendobrak kebekuan di industri padat modal ini. CEO Selular Media Network, Uday Rayana di acara diskusi Selular Business Forum (SBF) 2023 di Jakarta, Senin (2/10/2023) mengatakan, industri seluler di Indonesia sudah memasuki masa kejenuhan (saturated) pada 2013. Jika sebelumnya tumbuh double digit, sekarang sudah single digit. Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS), industri telekomunikasi tumbuh melambat ke level 7,19 persen secara tahunan. Fakta ini menjadi alarm bagi ekosistem industri teknologi digital yang mampu tumbuh tinggi saat pandemi Covid 19.
Pertumbuhan yang melambat juga tercermin dari ARPU (average revenue per user). ARPU merupakan salah satu indikator kesehatan industri telekomunikasi. ARPU yang rendah pada akhirnya tentu akan berkontribusi pada pencapaian laba yang juga kurang optimal, sehingga mempengaruhi upaya operator dalam melakukan investasi dan melayani pelanggan dengan baik. Tiga dekade lalu, sebelum maraknya layanan data dan sosial media, ARPU operator telekomunikasi, khususnya selular mencapai Rp 75.000 Rp 100.000.
Industri Seluler Tumbuh Stagnan, Ini 6 Persoalan yang Membelitnya Jadwal Tayang Film Agak Laen Hari Ini di Bioskop Banten, 2 Februari 2024 Industri Ritel RI Diprediksi Bakal Stagnan Usai Lebaran 2024
Jadwal Tayang Film Agak Laen Hari Ini di Bioskop Jakarta, 1 Februari 2024 Segera Tayang! Ini Sinopsis Film Lampir 2024, Diangkat dari Kisah Nenek Lampir yang Melegenda Jadwal Tayang Film Argylle di Bioskop Jakarta Hari Ini, 1 Februari 2024
Idham Mase Kekeuh Cerai dengan Catherine Wilson, Kecewa Keket Tak Mundur dari Caleg, Rebutan Suara Halaman 3 Namun memasuki akhir 2022, tidak ada satu pun operator selular yang ARPU gabungannya (prabayar dan pasca bayar) menyentuh angka Rp 50.000. Uday membeberkan, ada enam persoalan utama yang mendera industri telekomunikasi khususnya seluler, sehingga tumbuh stagnan hingga saat ini.
Keenam permasalah tersebut adalah: 1. Regulasi super ketat 2. Tarif data yang terbilang murah 3. Kebutuhan fekwensi terus meningkat namun harga spektrum sangat mahal 4. Besarnya regulatory chargers, dari BHP frekwensi hingga USO 5. Kewajiban membangun hingga pelosok namun minim insentif 6. Ketimpangan kebijakan operator selular dibandingkan penyelenggara OTT (over the top) "Imbas dari berbagai permasalahan tersebut, industri telekomunikasi tidak bisa tumbuh maksimal dalam mengembangkan peran sebagai enabler di era digital yang berkembang pesat saat ini. Untuk kembali sehat, diperlukan solusi solusi yang bersifat komprehensif," ungkap Uday.
SBF 2023 mengangkat tema “Sustainability Operator Telekomunikasi Kunci Tangguhnya Ekosistem Digital di Indonesia” dan menghadirkan pembicara Direktur Penataan Sumber Daya Ditjen SDPPI Kementerian Kominfo, Denny Setiawan; Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian Keuangan, Wawan Sunarjo; Direktur Telekomunikasi, Ditjen PPI Kementerian Kominfo, Aju Widya Sari. Hadir pula, anggota Asosiasi Perusahaan Telekomunikasi Indonesia (ATSI), Rudi Purwanto; Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif; dan Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda. Uday Rayana mengingatkan infrastruktur digital, termasuk jaringan telekomunikasi, pusat data, dan platform digital, merupakan tiang utama yang menopang industri digital. "Tanpa infrastruktur yang kuat dan handal, tidak akan mungkin bagi bisnis dan perekonomian digital untuk berkembang," ujarnya.
Infrastruktur digital yang baik adalah landasan yang diperlukan untuk menghubungkan masyarakat, memfasilitasi transaksi online, dan mengaktifkan layanan digital lainnya. Dia juga menekankan, operator telekomunikasi adalah pilar dalam menopang industri dan perekonomian digital di Indonesia, serta akan terus berperan penting di masa depan. "Operator seluler bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara infrastruktur telekomunikasi yang kuat dan handal, sehingga memungkinkan bisnis digital, layanan publik digital, dan inovasi lainnya untuk berkembang dengan optimal," ungkapnya.
“Keberhasilan industri dan perekonomian digital Indonesia sangat tergantung pada peran operator telekomunikasi dalam menyediakan konektivitas yang luas, cepat, dan andal kepada masyarakat serta membantu menciptakan ekosistem digital yang inklusif dan inovatif,” lanjut Uday. Dengan pemahaman ini, penting bagi pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk memberikan dukungan yang kuat dan memastikan kondisi yang kondusif bagi operator telekomunikasi. “Kolaborasi yang erat antara operator telekomunikasi, pemerintah, dan sektor lainnya akan membantu memajukan industri dan perekonomian digital Indonesia, serta mempersiapkan masa depan yang lebih cerah di era digital yang terus berkembang,” jelasnya.